Sabtu, 24 September 2011

MENGENANG SI JONO


Si Jono namanya…
Jangan heran yak, kalo kambing juga punya nama,, seenggaknya buat ngbedain mana peliharaan sama mana yang punya kan? hahaha, yang bener buat ngebedain peliharaan yang satu ama yang lain gitoohh,,
Asal muasal si jono,, kita ketemu waktu gw lagi jalan-jalan ke pasar kambing, awalnya emang iseng mo liat-liat doank, tapi oh tapi.... begitu liat si jono ini kalo gw pikir-pikir ini kambing cakep juga,, upss… jangan salah, maksudnya diantara kambing lainnya.. hahaha,,
Lalu dengan beberapa pertimbangan akhirnya gw yang tadinya Cuma iseng pengen liat doank jadi kepengen bawa pulang tuh kambing, soalnya kayaknya ni kambing lumayan cocok buat pejantan di kandang gw, secara umurnya masuh cukup muda, penampilan gagah, cakep (menurut kambing betina) dan masih ada darah dari keturunan kambing jenis etawa meski Cuma dikit.. hehehe
Kesampaian dah tuh, dengan sedikit tawar menawar ama yang jual akhirnya gw bungkus juga tuh kambing n gw kasi nama si jono,, untung ga pake gontok-gontokan ma yang jual ye,, huhuhu..
Sesampainya di kandang kelihatan gembira juga tuh si jono, apalagi di sekitarnya ada betina-betina yang yang sudah siap dikawinkan waktu itu,, hahahahayy.. jangan lupa makan rumputnya jon,, biar kuat.. ahahahaayy…
Selang beberapa bulan kemudian, menjelang hari raya Idul Kurban si jono banyak yang naksir juga rupanya.. yaitu mereka-mereka yang butuh hewan kurban,, cukup berat waktu itu gw putusin mo jual si jono atau enggak… tapi berhubung ntu buat keperluan ibadah akhirnya pada H-1 gw lepas juga,.. hiks… hiks.. hiks.. bye.. bye.. jonoooo..oooo..oo..oo..!!
Hingga pada suatu hari ada indukan gw yang melahirkan, dan ternyata yang keluar adalah anaknya si jono.. wow,, bener-bener surprise dari si jono nih,, wah.. bakal jadi calon pejantan tangguh pastinya,, bulunya aja dah mirip ma si jono.. makasih jono….

CARA MENGHITUNG BOBOT HEWAN TERNAK

Pada ternak besar untuk menghitung bobot kerbau atau sapi tentu sulit bukan?
Kalau unggas cukup diikat kakinya lalu ditimbang beres, bukan?
Kalau di perusahaan besar, bobot sapi dan kerbau biasa ditimbang dengan timbangan ternak. 
Timbangan ternak cukup berat dan harganya pun mahal. 
Di pasar hewan, timbangan ternak ini tak dijumpai. 
Jual beli sapi, kerbau dan domba lebih banyak dengan cara “beuli bogoh”
sehingga berat ternak acapkali diabaikan.
Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak,
berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan.
Bila dicermati, penampang tubuh kerbau, sapi dan domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung.
Untuk mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi.
Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun 
lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.
Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat.
Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk.
Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor,
dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya.
Melalui berbagai percobaan, para ahli akhirnya menemukan rumus untuk menghitung bobot ternak. 
Sebut saja, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100.
Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi 10840.
Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.
Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.
Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas.
Kalkulasi ini sangat penting, bagi hewan kurban   dapat memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban).  Atau bagi pedagang  juga dapat dijadikan perbandingan harga apakah hewan yang dibeli terlalu mahal atau tidak dibanding harga pasaran.
Oh, ya ….Satu lagi penting kemampuan menaksir amat penting yaitu umur ternak.  Umur ini amat penting untuk mendapatkan daging yang renyah dan marbling baik.  Atau penting juga sebagai syarat sah untuk ritual akekah dan  kurban.   Jangan kita sampai terkecoh, membeli sapi tua pasti dagingnya bakal alot dan liat.
Umur ternak dapat diketahui berdasarkan susunan gigi geliginya. Mintalah si penjual memperlihatkan susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa telah tumbuh (tampak besar dan kuat seperti kapak, gigi susu kecil-kecil seperti sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba dan kambing perubahan ini terjadi pada umur 1-1,5 tahun dan sapi 2-2,5 tahun.  Hewan tua ditandai pergesekan gigi dan keausan gigi dewasa akibat pemakaian yang terlampau lama.